Senin, 23 April 2012

psychology industri dan organisasi (budaya organisasi)

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr.Wb.                     
Alhamdulilah, syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena telah memberikan rahmat, kesehatan, atas nikmat dan hidayahmu yang telah Allah berikan bagi kami, sehingga kami dapat termotivasi dan menyelesaikan makalah Psikologi Industri dan Organisasi dengan pokok bahasan Budaya Organisasi.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian dari budaya organisasi, unsur pembentuk budaya organisasi dan karakteristik budaya organisasi.
            Dalam kesempatan ini kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Dwi Hurriyanti, S.psi. M.si sebagai dosen pengampu.
            Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian. kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap yang membacanya.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Palembang,    Maret 2012

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap pemimpin organisasi/perusahaan senantiasa berusah membangun kecirian yang mampu membedakan dengan yang lain. Kecirian dapat dibedakan pada produk sebagai output dan outcome baik dalam bentuk barang maupun jasa, seperti pakaian seragam, atribut lain hingga sikap dan perilaku individu dalam keseharian secara otomatis menggambarkan seseorang bekerja pada organisasi tersebut.
            Dari hal yang kecil dan sederhana, lambat laun menjadi kebiasaan yang tumbuh dan berkembang dalam bentuk ide, sikap, perilaku, hasil karya sampai pada keyakinan yang berfungsi sebagai kohesi sosial, dan sebagai dasar lahirnya budaya.
            Tidak ada manusia atau kelompok masyarakat yang tidak berbudaya dan tidak ada budaya tanpa masyarakat. Budaya dapat menembus batas wilayah, jenis kelamin, termasuk stratifikasi sosial seperti budaya masyarakat kota, budaya masyarat desa, budaya masyarakat kaya dan budaya masyarakat miskin. Sementara organisasi adalah satu kesatuan yang menggambarkan pola hubungan yang terstruktur dan baku sebagai wadah untuk mencapai tujuan.
            Budaya pada setiap organisasi menggambarkan kesadaran moral, keluhuran budi, tanggung jawab, tujuan yang ingin dicapai. Budaya juga sering dijadikan tempat berlindung guna melakukan pembenaran.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Budaya Organisasi
            Peter F. Druker dalam buku Robert G Owens mendefinisikan budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait seperti diatas.
            Phiti Shiti Ainnuai dalam tulisannya How to Bulid a Corporation culture dalam majalah Asian (september 1989) mendefinisikan budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal.
            Dari pengertian diatas terkandung unsur-unsur dalam budaya organisasi sebagai berikut :
-          Asumsi Dasar
Didalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi utuk berprilaku.
-          Keyakinan
Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksankan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang dapat berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi/perusahaan, filosofi usaha atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha.
-          Pencipta dan pengembangan
Budaya organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin organisasi atau kelompok tertentu dalam organisasi tersebut.
-          Pedoman mengatasi masalah
Dalam organisasi terdapat dua masalah pokok yang sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi.
-          Berbagi nilai (sharing of value)
Dalam budaya organisasi perlu dibagi nilai terhadap apa yang paling diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.
-          Pewarisan (learning procces)
Asumsi dasar atau keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam organisasi tersebut.
-          Penyesuaian (adaptasi)
Perlunya penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang berlaku dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi organisasi terhadap perubahan lingkungan.

2.2. Unsur Pembentuk Budaya Organisasi
            Deal & kennedy dalam bukunya Corporate Culture : The Roles and Ritual of Corporate, membagi lima unsur pembentuk budaya sebagai berikut.
a.       Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan perusahaan atau organisasi agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang berpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
Sehubungan dengan itu, perusahaan harus melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi lingkungan tersebut antara lain seperti kebijakan penjualan, penemuan baru, atau pengolahan biaya dalam menghadapi realitas pasar yang berbeda dengan lingkungan usahanya.
b.      Nilai-nilai
Nilai-nilai adalah sebuah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi. Setiap organisasi mempunyai nilai-nilai inti sebagai pedoman berpikir dan bertindak bagi semua anggota dalam mencapai tujuan/misi organisasi. Nilai-nilai inti yang dianut oleh anggota organisasi antara lain dapat berupa slogan atau motto yang berfungsi sebagai :
1.      Jati diri
Solgan atau motto dapat berfungsi sebagai jati diri bagi orang yang bekerja pada perusahaan, rasa istimewa yang berbeda dengan perusahaan lain.
2.      Harapan konsumen
Slogan atau motto dapat berupa ungkapan padat yang penuh makna bagi konsumen dan sekaligus merupakan harapan baginya terhadap perusahaan tersebut seperti kualitas produk, sistem pelayanan yang baik.


c.       Pahlawan
Pahlawan adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan, manajer, kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan nilai-nilai organisasi. Beberapa pahlawan lahir/muncul secara alamiah dan ada pula dibuat oleh peristiwa-peristiwa tak terlupakan yang terjadi dalam kehidupan organisasi sehari-hari.
d.      Ritual
Stephen P. Robbins mendifinisikan ritual sebagai deretan berulang dari kegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu, tujuan apakah yang paling penting, orang-orang manakah yang penting dan mana yang dapat dikorbankan.
Ritual merupakan tempat dimana perusahaan secara simbolis menghormati pahlawan-pahlawannya. Karyawan yang berhasil memajukan perusahaan diberi penghargaan yang dilaksanakan secara ritual setiap tahunnya. Contoh : seperti karyawan yang tidak pernah absen, pemberi saran yang membangun, penjual terbanyak, pelayan terbaik, dan sebagainya.
e.       Jaringan Budaya
Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya menyalurkan informasi dan memberi interpretasi terhadap informasi. Melalui jaringan informal, kehebatan perusahaan diceritakan dari waktu ke waktu. Sebagai cara berkomunikasi informal, jaringan budaya merupakan nilai-nilai budaya dan mitologi kepahlawanan.

2.3. Karakteristik Budaya Organisasi
10 karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan, akan menjadi budaya organisasi (Stephen P. Robbins), yaitu :
1.      Inisiatif Individual
Inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi selama ide tersebut untuk memajukan dan mengembangkan organisasi.
2.      Toleransi terhadap tindakan Beresiko
Suatu budaya organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota/para pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif uttuk memajukan organisasi/perusahaan serta berani mengambnil resiko terhadap apa yang dilakukan.
3.      Pengarahan
Pengarahan diartikan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi sehingga kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi/perusahaan.
4.      Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
5.      Dukungan Manajemen
Dukungan manajemen yang dimaksud adalah sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.
6.      Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sehingga diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai/karyawan dalam suatu organisasi.
7.      Identitas
Identitas yaitu sejauh mana para anggota/ karyawan suau organisasi/ perusahaan dapat mengidentifikasi dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaandan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau profesional tertentu. Identitas diri sebagai satu kesatuan dalam perusahaan sangat membantu manajemen dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi/ perusahaan.
8.      Sistem Imbalan
Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai bukan sebaliknya didasarkan senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem imbalan yang didasrkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong pegawai/karyawan suatu organisasi/perusahaan untuk bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari prestasi kerja yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.
Sebaliknya, sistem imbalan yang didasarkan atas senioritas dan pilih kasih, akan berakibat tenaga kerja yang punya kemampuan dan keahlian dapat berlaku pasif dan frustasi. Kondisi semacam ini dapat berakibat organisasi/perusahaan menjadi terhambat.
9.      Toleransi terhadap konflik
Para pegawai/karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi/perusahaan. Namun, perbedaan pendapat atau kritik yang terjadi bisa dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan suatu organisasi/perusahaan.
10.  Pola komunikasi
Para pegawai/ karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi/ perusahaan. Namun perbedaan pendapat atau kritik yang terjadi bisa dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan suatu organisasi/perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar