Senin, 23 April 2012

psychology industri dan organisasi (budaya organisasi)

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr.Wb.                     
Alhamdulilah, syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena telah memberikan rahmat, kesehatan, atas nikmat dan hidayahmu yang telah Allah berikan bagi kami, sehingga kami dapat termotivasi dan menyelesaikan makalah Psikologi Industri dan Organisasi dengan pokok bahasan Budaya Organisasi.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian dari budaya organisasi, unsur pembentuk budaya organisasi dan karakteristik budaya organisasi.
            Dalam kesempatan ini kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Dwi Hurriyanti, S.psi. M.si sebagai dosen pengampu.
            Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian. kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap yang membacanya.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Palembang,    Maret 2012

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap pemimpin organisasi/perusahaan senantiasa berusah membangun kecirian yang mampu membedakan dengan yang lain. Kecirian dapat dibedakan pada produk sebagai output dan outcome baik dalam bentuk barang maupun jasa, seperti pakaian seragam, atribut lain hingga sikap dan perilaku individu dalam keseharian secara otomatis menggambarkan seseorang bekerja pada organisasi tersebut.
            Dari hal yang kecil dan sederhana, lambat laun menjadi kebiasaan yang tumbuh dan berkembang dalam bentuk ide, sikap, perilaku, hasil karya sampai pada keyakinan yang berfungsi sebagai kohesi sosial, dan sebagai dasar lahirnya budaya.
            Tidak ada manusia atau kelompok masyarakat yang tidak berbudaya dan tidak ada budaya tanpa masyarakat. Budaya dapat menembus batas wilayah, jenis kelamin, termasuk stratifikasi sosial seperti budaya masyarakat kota, budaya masyarat desa, budaya masyarakat kaya dan budaya masyarakat miskin. Sementara organisasi adalah satu kesatuan yang menggambarkan pola hubungan yang terstruktur dan baku sebagai wadah untuk mencapai tujuan.
            Budaya pada setiap organisasi menggambarkan kesadaran moral, keluhuran budi, tanggung jawab, tujuan yang ingin dicapai. Budaya juga sering dijadikan tempat berlindung guna melakukan pembenaran.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Budaya Organisasi
            Peter F. Druker dalam buku Robert G Owens mendefinisikan budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait seperti diatas.
            Phiti Shiti Ainnuai dalam tulisannya How to Bulid a Corporation culture dalam majalah Asian (september 1989) mendefinisikan budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal.
            Dari pengertian diatas terkandung unsur-unsur dalam budaya organisasi sebagai berikut :
-          Asumsi Dasar
Didalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi utuk berprilaku.
-          Keyakinan
Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksankan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang dapat berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi/perusahaan, filosofi usaha atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha.
-          Pencipta dan pengembangan
Budaya organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin organisasi atau kelompok tertentu dalam organisasi tersebut.
-          Pedoman mengatasi masalah
Dalam organisasi terdapat dua masalah pokok yang sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi.
-          Berbagi nilai (sharing of value)
Dalam budaya organisasi perlu dibagi nilai terhadap apa yang paling diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.
-          Pewarisan (learning procces)
Asumsi dasar atau keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam organisasi tersebut.
-          Penyesuaian (adaptasi)
Perlunya penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang berlaku dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi organisasi terhadap perubahan lingkungan.

2.2. Unsur Pembentuk Budaya Organisasi
            Deal & kennedy dalam bukunya Corporate Culture : The Roles and Ritual of Corporate, membagi lima unsur pembentuk budaya sebagai berikut.
a.       Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan perusahaan atau organisasi agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang berpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
Sehubungan dengan itu, perusahaan harus melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi lingkungan tersebut antara lain seperti kebijakan penjualan, penemuan baru, atau pengolahan biaya dalam menghadapi realitas pasar yang berbeda dengan lingkungan usahanya.
b.      Nilai-nilai
Nilai-nilai adalah sebuah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi. Setiap organisasi mempunyai nilai-nilai inti sebagai pedoman berpikir dan bertindak bagi semua anggota dalam mencapai tujuan/misi organisasi. Nilai-nilai inti yang dianut oleh anggota organisasi antara lain dapat berupa slogan atau motto yang berfungsi sebagai :
1.      Jati diri
Solgan atau motto dapat berfungsi sebagai jati diri bagi orang yang bekerja pada perusahaan, rasa istimewa yang berbeda dengan perusahaan lain.
2.      Harapan konsumen
Slogan atau motto dapat berupa ungkapan padat yang penuh makna bagi konsumen dan sekaligus merupakan harapan baginya terhadap perusahaan tersebut seperti kualitas produk, sistem pelayanan yang baik.


c.       Pahlawan
Pahlawan adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan, manajer, kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan nilai-nilai organisasi. Beberapa pahlawan lahir/muncul secara alamiah dan ada pula dibuat oleh peristiwa-peristiwa tak terlupakan yang terjadi dalam kehidupan organisasi sehari-hari.
d.      Ritual
Stephen P. Robbins mendifinisikan ritual sebagai deretan berulang dari kegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu, tujuan apakah yang paling penting, orang-orang manakah yang penting dan mana yang dapat dikorbankan.
Ritual merupakan tempat dimana perusahaan secara simbolis menghormati pahlawan-pahlawannya. Karyawan yang berhasil memajukan perusahaan diberi penghargaan yang dilaksanakan secara ritual setiap tahunnya. Contoh : seperti karyawan yang tidak pernah absen, pemberi saran yang membangun, penjual terbanyak, pelayan terbaik, dan sebagainya.
e.       Jaringan Budaya
Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya menyalurkan informasi dan memberi interpretasi terhadap informasi. Melalui jaringan informal, kehebatan perusahaan diceritakan dari waktu ke waktu. Sebagai cara berkomunikasi informal, jaringan budaya merupakan nilai-nilai budaya dan mitologi kepahlawanan.

2.3. Karakteristik Budaya Organisasi
10 karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan, akan menjadi budaya organisasi (Stephen P. Robbins), yaitu :
1.      Inisiatif Individual
Inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi selama ide tersebut untuk memajukan dan mengembangkan organisasi.
2.      Toleransi terhadap tindakan Beresiko
Suatu budaya organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota/para pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif uttuk memajukan organisasi/perusahaan serta berani mengambnil resiko terhadap apa yang dilakukan.
3.      Pengarahan
Pengarahan diartikan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi sehingga kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi/perusahaan.
4.      Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
5.      Dukungan Manajemen
Dukungan manajemen yang dimaksud adalah sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.
6.      Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sehingga diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai/karyawan dalam suatu organisasi.
7.      Identitas
Identitas yaitu sejauh mana para anggota/ karyawan suau organisasi/ perusahaan dapat mengidentifikasi dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaandan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau profesional tertentu. Identitas diri sebagai satu kesatuan dalam perusahaan sangat membantu manajemen dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi/ perusahaan.
8.      Sistem Imbalan
Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai bukan sebaliknya didasarkan senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem imbalan yang didasrkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong pegawai/karyawan suatu organisasi/perusahaan untuk bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari prestasi kerja yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.
Sebaliknya, sistem imbalan yang didasarkan atas senioritas dan pilih kasih, akan berakibat tenaga kerja yang punya kemampuan dan keahlian dapat berlaku pasif dan frustasi. Kondisi semacam ini dapat berakibat organisasi/perusahaan menjadi terhambat.
9.      Toleransi terhadap konflik
Para pegawai/karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi/perusahaan. Namun, perbedaan pendapat atau kritik yang terjadi bisa dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan suatu organisasi/perusahaan.
10.  Pola komunikasi
Para pegawai/ karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi/ perusahaan. Namun perbedaan pendapat atau kritik yang terjadi bisa dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan suatu organisasi/perusahaan.

METODE PENELITIAN (PEMILIHAN TOPIK,PEGEMBANGAN PROBLEMATIK,DAN PENGUSULAN PROYEK RISET)






PEMILIHAN TOPIK, PEGEMBANGAN PROBLEM, DAN PENGUSULAN PROYEK RISET

4.1 PEMILIHAN TOPIK
4.1.1 pengantar
Topik atau pokok persoalan suatu riset yang dilakukan oleh mahasiswa dapat diperoleh dari tiga sumber: (1) dari mahasiswa sendiri (2) dari suatu daftar proyek riset fakultas atau akademi yang dipilih sendiri oleh mahasiswa : dan (3) dari orang lain, khususnya dari sponsor atau konsultan.
            Sebagian besar mahasiswa dapat menetapkan diri sendiri pokok persoalan riset yang akan dijalankan. Penerapan pelajaran teoretis pada kehidupan praktik di lapangan akan menimbulkan banyak problem yang akan mendorong mahasiswa untuk melakukan riset guna memecahkan problem-problem itu.
            Mahasiswa yang memiliki sendiri suatu proyek dari suatu daftar proyek riset fakultas atau akademik pada umumnya didorong oleh hal-hal sebagai berikut :
1.      Ingin membantu fakultas atau akademik di dalam menyelesaikan proyek riset yang dipandang mendesak oleh fakultas atau akademik.
2.      Ingin menunjukkan bahwa ia mempunyai kemampuan untuk melaksanakan riset yang agak besar. Kemampuan semancam ini memang sangat diharapkan oleh fakultas atau akademik dari seorang sarjana.
3.      Mengambil salah satu proyek fakultas atau akademik berarti mendapatkan bantuan dari fakultas atau akademik.
4.      Mahasiswa ragu-ragu untuk menetapkan sendiri objek penelitian.
Topik suatu riset mungkin diperoleh dari orang lain melalui diskusi. Calon sponsor atau konsultan umumnya merupakan pihak yang dipandang kompeten.
Dari kemampuan sumber topik, pada taraf yang berakhir, mahasiswa sendirirah yang harus menentukan. Oleh karena itu sebelum menentukan topik, ia perlu memperhatikan petunjuk-petunjuk praktis berikut ini :
1.      Topik itu ada dalam jangkauannya.
2.      Untuk topik itu tersedia bahan (data) yang cukup untuk dibahas.
3.      Topik itu cukup penting untuk diselidiki.
4.      Topik cukup menarik minat untuk diselidiki dan dibahas.

 4.1.2 Managable topik
            Salah satu saran yang sangat berharga adalah “ jangan melakukan sesuatu yang ada di luar kemampuan ” segi-segi yang perlu diperhatikan adalah :
1.      Apakah latar belakang pengetahuan,kecakapan, dan kemampuan sudah cukup untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan topik yang akan dipilihnya.
2.      Apakah syarat-syarat yang berupa biaya sudah atau akan cukup tersedia? Jika persoalan-persoalan diteliti dengan questionnaire (kuesioner), biaya kuesioner diperlukan untuk membuat dan mengirimkannya kepada responden (penjawab angket).
3.      Apakah batas waktu mengijinkan untuk menyelesaikan “semua” persoalan yang bersangkutpaut dengan topic.
4.      Apakah topik itu tidak menimbulkan kesulitan untuk mencari sponsor atau konsultan.
5.      Apakah akan didapatkan kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam penyelenggsrssn riset dengan topik tersebut.
Suatu riset tidak akan berhasil jika mahasiswa tidak mempunyai bekal pegetahuan  yang cukup sehubugan dengan pokok-pokok persoalan yang akan ditelitinya. Riset tidak dapat dilakukan dengan tangan kosong dan mengambil apa saja yang dijumpai di tengah jalan. Kecuali pengatuhan, kecakapan dalam cara mengelolah data  yang terkumpul juga sangat penting. Hendaknya jangan sampai terjadi data telah dikumpulkan secukupnya tetapi kemudian mahasiswa baru bertanya bagaimana mengelolah data itu.
Kemacetan mungkin juga terjadi karena faktor  biaya. Jangan merencanakan riset yang terlalu besar jika kemampuan untuk membiayainya terlalu kecil. Baik-tidaknya suatu riset tidak tergantung pada besar kecilnya biaya, tetapi terutama terletak pada aspek metodologi dan nilai hasilnya. Jika ada sponsor, biaya dapat dihemat jika riset dapat dilakukan ditempat, tidak menggunakan alat-alat mahal yang habis terpakai, dan pengumpulan data dilakukan sendiri.
Faktor waktu perlu dipertimbangkan sungguh-sungguh. Suatu riset akan menyita banyak waktu jika terlalu banyak aspek yang berhubungan dengan topik. Aspek penelitian yang terlalu banyak tidak hanya memakan banyak waktu untuk persiapan, tetapi juga dalam pengumpulan data, penganalisisan, dan perumusan hasilnya. Oleh karna itu penting untuk memiliki suatu topik yang dapat dikuasai (manageble) dengan waktu yang tersedia.
Topik suatu riset harus disesuaikan dengan kesediaan sponsor atau konsultan yang mau membantu atau memberikan konsultasi saat diperlukan. Kebanyakan anggota fakultas atau akademik sudah memiliki jadwal yang padat, baik untuk mengajar, meyelengarakan riset sendiri, maupun mengikuti program-program  kemasyarakatan, atau merasa kurang qualified  untuk menjadi sponsor atau konsultan. Hal ini membuat mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengajukan program risetnya. Oleh karna itu jika suatu riset memerlukan sponsor atau konsultan, mahasiswa perlu memiliki topik yang sedemikian rupa agar program risetnya dapat berjalan lancer.
Topik yang diajukan mahasiswa mungkin juga mengandung unsur-unsur yang membuat fakultas atau akademik tidak megijinkan penelitiannya. Riset yang membuat bertemakan moralitas, perbandingan beberapa lembaga, dan semacamnya, mungkin akan dipandang berbahaya untuk dijalankan tanpa menimbulkan akibat yang megeruhkan suasana. Oleh sebab itu untuk memperoleh kerjasama  dengan pihak-pihak lain yang diperlukan dalam peyelengaraan riset, mahasiswa sebaiknya mengkonsultasikannya dengan anggota fakultas atau akademi atau ketua jurusan untuk mendapatkan jaminan bahwa  topik yang akan ditelitinya akan dapat didelesaikan tanpa mengalami kesulitan yang berarti.
4.1.3 Obtainable data
            Topik yang baik belum menjamin bahwa data akan tersedia, baik data yang diperlukan untuk mengembangkan hipotesis, mahasiswa memerlukan kepustakaan yang cukup, seperti buku teks, buletin, periodical,abstrak,jurnal,dan sebagainya. Sedangkan untuk megecek hipotesis mahasiswa harus pergi ke lapangan (field), kecuali untuk riset yang ditunjukan untuk meyusun term paper. Data untuk kepentingan ini tidak terjamin. Misalnya, apabila penelitian dilakukan dengan metode interview, mahasiswa mungkin mengalami kesulitan karena lokasi, penguasan bahasa, larangan sosial, ataupun prasangka. Data yang diperlukan mungkin tidak dapat diperoleh karena topic penelitian menyengkut persoalan-persoalan yang sangat dirahasiakan (top secret). Oleh karna itu mahasiswa perlu meneliti aspek-aspek ini sebelum menentukan topik penelitiannya :
4.1.4Significance of topic
Riset yang dilakukan untuk mempersiapkan suatu thesis atau disertasi harus memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan. Jika tidak, ia terlalu besar untuk disebut thesis atau disertai. Sumbangan bisa berwujud materi pegetahuan, bisa juga berwujud tata kerja atau metodologi. Apapun wujud sumbangan , untuk mencapainya, topic yang dipilih harus merupakan problem dan pemecahan baru, atau menimbulkan dan atau meneruskan problem lama dengan pemecahan baru.
Duplikasi dipandang sebagai pemborosan yang tidak perlu. Hal ini dapat dicegah jika mahasiswa cukup banyak membaca pustaka yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan bidang yang menjadi daerah topic yang dipilihnya.
Suatu bidang tertentu mungkin perlu diolah kembali Karena kondisi yang menyertainya sudah berubah, tidak sama lagi dengan pada saat penelitian terdahulu dilakukan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, mahasiswa dapat berkonsultasi dengan para ahli pada bidang yang dipilihnya.
Mahasiswa, baik karena kemauan sendiri maupun karena dirasankan fakultas atau akademi, dapat melakukan penelitian atas suatu topic yang sudah pernah diteliti sebelumnya. Hal ini mungkin terjadi bila penelitian yang terdahulu diragukan validitasnya. Suatu hasil penelitian mungkin akan dianggap tidak valid jika kesimpulan yang di kemukakannya mengandung kesalahan, analisisnya tidak menggunakan teknik-teknik yang tepat, dan pengumpulan datanya tidak mengikuti tata cara yang seharusnya. Di samping itu mahasiswa juga dapat menguji apakah hasi penelitian yang dilakukan disuatu daerah akan sama dengan hasil penelitian yang dilakukan di daerah lain tentang persoalan yang sama.
Kegunaan praktis kerapkali ikut menentukan dalam pemilihan topic riset. Ini tidak hanya karena kebanyakan orang bersifat pragmatis, tetapi juga Karena tanggapan sosial terhadap suatu hasil riset umumnya disoroti dari segi ini. Memang masih menjadi persoalan apakah memang ada riset yang sama sekali tidak mempunyai nilai praktis. Banyak sekali hasil riset yang dulu dipandang hasil “ murni “ namun sekarang ternyata telah memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap kemudahan dan kenikmatan hidup manusia.
Namun pada masa dimana ada banyak sekali persoalan mendesak yang perlu dipecahkan dengan segara, ukuran penilaian kegunaan praktis biasanya didasarkan atas kegunaannya dalam jangka pendek. Pemilihan topic suatu riset perlu juga memperhitungkan konsumen yang akan menggunakan hasilnya. Jadi tidak hanya ditujukan untuk kepentingan periset itu sendiri, tetapi juga bagi kepentingan sosial.
4.1.5 Interested Topic
         Menyadari adanya bermacam-macam ketentuan yang membatasi pemilihan topic seperti telah dijelaskan di atas. Ada baiknya jika mahasiswa membangkitkan semangat dan minatnya terhadap topic yang akan diteliti dan dibahasnya. Tidak banyak yang dapat diharapkan dari suatu pekerjaan yang tidak dilakukan dengan semangat dan minat.
       Salah satu hal yang menjadi kelemahan suatu riset adalah jika aktivitas itu didorong tidak untuk mencari kebenaran ilmiah ( scientific truth ), melainkan oleh keinginan untuk “ membuktikan kebenaran “ pendapat pribadi. Walaupun hal ini mungkin dilakukan dengan tidak disengaja, tetapi motivasi yang demikian akan membuat orang menjadi tidak objektif. Data yang dikumpulkannya hanya data yang memperkuat pendapat pribadi, sementara yang melemahkan atau bertentangan akan di gelapkan. Adalah suatu saran yang baik jika mahasiswa suka memperhatikan hal ini. Dalam melakukan penelitian, mahasiswa harus bekerja tanpa prasangka, tak perduli apakah bertentangan atau tidak dengan keinginan atau pendapat pribadi.
 4.2 Pengembangan Problem
Agaknya tidak mengherankan jika ada mahasiswa merasa bingung untuk menemukan atau megembangkan problem pada riset yang akan dia lakukan. Mahasiswa yang sedang mencari problem untuk riset,mereka umumnya merasa cemas. Perasaan itu mungkin disebabkan pengetahuan yang kurang luas, mungkin juga karena kelemahan metodologi. Untuk mengatasi hal itu dalam pustaka metodologi riset se`ring diberikan saran-saran yang sangat berharga.
1.      Jadilah “sarjana” dalam bidang khusus.
2.      Bersikaplah kritis dalam membaca, mendengarkan, dan berpikir.
3.      Ungkap kembali gagasan dari riset-riset yang paling akhir.
 4.2.1 Menjadi sarjana dalam bidang khusus
            Mahasiswa yang dengan tekun mendalami suatu bidang akan mempunyai kesempatan luas untuk meneliti secara detail dan megembangkan pegertian yang baik tentang riset-riset yang telah dilakukan, dan sekaligus dapat mengungkap problem-problem yang belum dipecahkan oleh problem-problem itu.


            Rummel dalam hari ini memberikan petunjuk sebagai berikut :
1.      Carilah kekurangan dari uraian-uraian .
2.      Perhatikan uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain.
3.      Teliti problem-problem yang timbul dari tatakerja yang menarik perhatian.
4.      Baca selalu bibliograpi yang digunakan dalam riset-riset yang paling akhir.
 4.2.2 Sikap kritis dalam membaca dan mendengarkan
            Bertanya adalah awal dari kebijakansanaan.persoalkanlah pendapat-pendapat, gagasan-gagasan, tatakerja,dan hal lain yang menjadi pokok persoalan dalam bacaan, kulia,diskusi, dan pembicaraan biasa lainnya.jangan bersikap serbatahu. Dengan baik-baik jika orang lain menerangkan sesuatu yang bersangkutpaut dengan spesialisasi kita. baca buku-buku dari orang-orang yang sudah terkenal dan selidik bagaimana mereka megungkapkan problematika dari berbagai keyataan yang kelihatanya sangat sederhana. Gunakan kesempatan yang ada untuk berdiskusi dan catat hal-hal yang menimbulkan minat. Bawalah selalu catatan yang dapat digunakan untuk mencatat gagasan –gagasan orang lain yang sekiranya berharga untuk dicatat ataupun gagasan-gagasan sendiri yang muncul secara mendadak. Jangan menjauh dari orang-orang yang suka mendebat karena dapat membuat orang lain menjadi bijaksana.
 4.2.3 Mengungkap kembali gagasan riset
Pada laporan riset, pada umumnya di bagian belakang dimuat persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan riset tersebut. Persoalan-persoalan  itu mungkin dikemukakan sebagai masalah ataupun sebagai hipotesis-hipotesis. Apapun bentuknya, bagian implikasi, demikian biasanya bab yang berisi persoalan-persoalan itu disebut, dapat dijadikan petunjuk untuk mencari problem atau megembangkan problem tertentu.
            Gagasan –gagasan yang dikemukakan pada bagian akhir laporan suatu riset mungkin juga megemukakan kelemahan-kelemahan pada riset yang telah dilakukan, misalnya kurang tertibnya tatakerja, masih terlalu banyak faktor yang belum diteliti, terlalu sedikitnya sampel penelitian, atau persoalan-persoalan yang belum terpecahkan dalam riset tersebut. Dengan pengelolahan yang layak maka gagasan-gagasan itu akan dapat dikembangkan menjadi problem-problem yang riil untuk dijadikan bahan riset yang sangat berharga. Mungkin juga perlu diadakan penelitian ulang dengan yang lebih besar,dengan lebih banyak faktor yang dimasukkan dalam penelitian, atau dengan membuat variasi atas kondisi-kondisi tertentu dalam riset eksperimental.
            Jika digolong-golongkan secara sederhana, sumber problem yang dapat dijadikan topic riset adalah :
1.      Observasi lapangan
Pergilahlah ke lapangan dan amati baik-baik apa yang terjadi di sana. Dengarkan keluhan orang-orang yang berbeda atau lakukan eksporasi sendiri secara singkat.
2.      Diskusi
Resmi ataupun tidak resmi, ikuti dengan saksama diskusi-diskusi sepanjang ada kesempatan untuk megikutinya. Kutip makalah –makalah yang timbul dalam diskusi itu.
3.      Dosen atau ahli riset
Mereka umumnya menguasai lapangan dengan lebih baik dari pada orang lain. Pergilah kepada mereka dan lakukan pembicaraan secukupnya untuk memperoleh apa yang dibutuhkan
4.      Bibliografi
Ketiga sumber yang disebutkan di atas merupakan sumber peting untuk memperoleh problem karena masalah yang dapat diperoleh dari mereka adalah masalah-masalah yang  sedang hangat dibibicarakan, kongkret,dan mempunyai nilai kepraktisan yang tinggi. Sungguhpun begitu sumber yang keempat ini juga sangat penting karena didalamnya terdapat kondensasi dari sebagian besar peneliti yang pernah dilakukan orang. Oleh sebab itu perlu dengan segera diketahui daftar bibliografi yang sejenis agar dapat mendudukan persoalan dengan didasarkan atas sumber-sumber yang tepat. Jenis-jenis bibliografi yang dapat dijadikan sumber adalah
   Jurnal                                                         buku teks,
   Ensiklopedi                                     majalah berkala.
   Review                                                       buletin
   Skripsi/Thesis                                             laporan riset raports tak
   Disertasi
           
4.3 Pengusulan  Proyek  Riset
            Pada suatu fakultas atau departemen biasanya dibentuk suatu panitia atau biro yang bertugas mempertimbangkan proyek-proyek riset yang diusulkan oleh parah mahasiswa, baik untuk keperluan peyusunan studi lapangan maupun untuk memperluas peyusunan thesis. Yang perlu diketahui oleh mahasiswa jika akan mengajukan suatu proyek riset adalah sebagai berikut :
 4.3.1.1 Tentang background pengetahuan
a)      Dapat menunjukkan bahwa ia tahu secukupnya atas persoalan-persoalan yang akan ditelitinya.
b)      Dapat membuktikan bahwa dia mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal-hal lain yang berhubungan erat dengan persoalan-persoalan risetnya.
c)      Tahu batas –batas dari persoalan –persoalan penting yang akan diselidiki dengan persoalan-persoalan lain yang tidak termasuk dalam wilayah penelitiannya.
d)      Jika proyek itu bukan riset eksploratif, dia dapat mengemukakan hipotesis-hipotesis sebagai pedoman dalam aktivitas riset yang akan dilakukannya.
 4.3.1.2Pengelolahan tentang data
a)      Dia dapat mengambarkan jenis data apa yang dibutuhkan.
b)      Dia dapat memastikan  dari mana dia akan mengumpulkan data itu.
c)      Dia dapat menentukan metode apa yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
d)      Dia dapat merinci prosedur yang akan ditempuh untuk mengumpulkan data dengan metode itu.
 4.3.3 pegertian tentang sampling
a)      Dia dapat menunjukkan dengan tempat berapa luas wilayah generalisasi yang dia inginkan.
b)      Ia dapat menunjukkan dengan benar dan dapat memberikan alas an yang tepat tentang teknik-teknik sampling yang akan ia gunakan.

4.3.1.4 persoalan tentang maksud dan tujuan
a)      Ia dapat memberikan alasan yang cukup tentang arti dan atau manfaat teoritis ataupun praktis dari penelitiannya.
b)      Ia dapat memberikan gambaran implikasi atau konsekuensi dari penelitian dalam hubungannya dengan penerimaan atau penolakan atas hipotesis-hipotesis yang hendak diteliti.
4.3.1.5 Tentang Teknik Analisis
            Ia dapat mengemukakan dengan seksama prosedur dan teknik analisis atas data yang terkumpul.
            Mengerti dengan seksama unsur yang disebutkan di atas berarti telah mengerti secukupnya pokok-pokok tatacara riset ilmiah. Hal itu akan dibahas dari bab ini dan bab-bab berikut.
            Unsur-unsur yang disebutkan di atas tidaklah harus diikuti secara mutlak setapak demi setapak. Tidak jarang parah mahasiswa justru mencantumkan unsure 4.3.1.4 a) sebagai kata pembuka proyek riset yang mereka usulkan kepada panitia fakultas atau departemen. Sebagai contoh, misalnya usul proyek riset dari NEED IAM segera membeberkan tujuan penelitiannya setelah dia secara sekedarnya megemukakan kata pegantar untuk sampai pada pentingnya tujuan penelitian.
            Rummel memndang usul suatu proyek riset perlu diisi dengan lama unsure berikut :
1.      Statement of the problem (pembeberan masalah)
2.      The necessary data (data yang diperlukan)
3.      The procedure to be followed (prosedur-prosedur yang akan ditempu).
4.      The expected finsing and hypothetical conclusions (apa yang ingin dikemukakan dan konklusi hipotetik yang diharapkan).
5.      Possible recommendations or implications of the expected results (kemungkinan-kemungkinan) rekomendasi atau implikasi dari pada hasil yang diharapkan.
Baik keseragaman isi (unsur) maupun keseragaman bentuk dari proyek yang diusulkan kepada fakultas atau departemen sampai sekarang belum ada kesesuaian. Jika dalam satu fakultas atau departemen oleh karna sesuatu alasan belum ada keseragaman, kita dapat memahami mengapa antar fakultas atau departemen, keseragaman itu lebih sukar diharapkan. Sungguhpun begitu, sejalan dengan konsepsi yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya akan kita coba membuat suatu bentuk tersendiri yang kiranya cukup fleksibel dan akseptabel. Dengan tidak meninggalkan unsure-unsur yang baru di kemukakan, bentuk usul proyek riset yang mungkin dapat diikuti adalah sebagai berikut :
1.      JUDUL
2.      Pembeberan persoalan
3.      Pengajuan hipotesis-hipotesis
4.      Penentuan jenis data dan cara-cara mengumpulkannya
5.      Penentuan model-model atau teknik analisis
6.      Konklusi-konklusi yang diharapkan dan implikasinya
4.3.2 JUDUL
Judul dapat ditetapkan sebelum penelitian dimulai, tetapi umumnya baru ditetapkan setelah mahasiswa mengetahui seluk-beluk permasalahan sesudah melakukan orientasi baik secara literer maupun empiris. Terlepas dari persoalan kapan judul itu ditetapkan, yang penting bagi mahasiswa adalah :
1.      Bahwa judul harus sesuai dengan isi keseluruhan dari kegiatan dan laporan yang dikerjakan, baik sesuai dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang diaksud dengan kesesuaian kualitatif adalah kesesuaian antara luas wilayah yang dinyatakan dalam judul dengan wilayah kegiantan serta uraian dalam laporan.
2.      Bahwa judul harus menggunakan kata-kata yang jelas, tandas, pilah-pilah,literer,singkat,deskriptif,dan bukan merupakan pertanyaan. Hendaknya dihindari penggunaan kata-kata yang kabur,terlalu politis, bombastic,bertele-tele, tidak runtut, dan lebih dari satu kalimat.
Dengan diketahui bahwa fungsi pokok dari judul adalah untuk mewujudkkan kepada pembicara akan hakikat dari pada objek penelitian,wilayah,serta metode umum yang digunakan. Di samping itu, jika akhirnya judul itu ditetapkan menjadi judul laporan penelitian,maka kegunaan terpenting dari padanya adalah agar pembaca laporannya dapat segera mengetahuinya apakah perlu menelti laporan itu. Oleh karna itu perlu digunakan kata-kata kunci yang ekspresif. Banyak indek laporan riset yang dinyatakan dalam kata-kata kunci itu.
4.3.3 pembeberan persoalan
            Dikenal dengan nama statement of the problem. Pembeberan persoalan ini memuat :
1.      Pembahasan tentang problem umum di sekitar topic.
2.      Hasil penelitian dari literatur maupun penelitian lapangan yang relevan dengan pokok persoalan.
3.      Pembatasan dan pendefisian problem.
4.      Stetemen tentang tujuan penelitian serta nilainya secara umum.

Minggu, 15 Januari 2012

cara membudidayakan ikan patin


BUDIDAYA IKAN PATIN
            Ikan patin merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki peluang ekonomi untuk dibudidayakan. Budidaya ikan Patin masih perlu diperluas lagi, karena pemenuhan atas permintaan ikan patin  masih sangat kurang. Ikan patin seperti halnya ikan lele tidak memiliki sisik dan memiliki semacam duri yang tajam di bagian siripnya keduanya tergolong dalam kelompok catfish. Ada yang menyebut ikan patin dengan Lele Bangkok. Di beberapa daerah ikan patin memiliki nama yang berbeda-beda antara lain ikan Jambal, ikan Juara, Lancang dan Sodarin. Rasa daging ikan patin yang enak dan gurih konon memiliki rasa yang lebih dibandingkan Ikan Lele. Ikan patin memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup banyak di dalam dagingnya.
            Teknik budidaya ikan patin sebenarnya relatif mudah, sehingga tidak perlu ragu jika berminat menekuni budidaya ikan ini. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan ikan patin hanya mengandalkan penangkapan dari sungai, rawa dan danau sebagai habitat asli ikan patin. Seiring dengan meningkatnya permintaan dan minat masyarakat, ikan patin mulai dibudidayakan di kolam,keramba maupun bak dari semen. Permintaan ikan patin yang terus meningkat memberikan peluang usaha bagi setiap orang untuk menekuni usaha di bidang budidaya ikan patin ini. Dengan permintaan yang demikian meningkat jelas tidak mungkin mengandalkan tangkapan alam, tetapi perlu budidaya ikan patin secara lebih intesnsif.
http://static.flickr.com/3152/2990789754_2a9e4a9eb8.jpg
Ikan Patin Raksasa Berat 43 Kg,Panjang 1.3m.Dokumentasi Sriwijaya Post
Model Budi Daya Ikan Patin
            Peluang usaha Budidaya Ikan Patin dapat dilakukan dalam dua bidang kegiatan yaitu kegiatan pembenihan dan kegiatan pembesaran sebagai ikan konsumsi. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Budidaya ikan patin sebagai pemenuhan bibit ini cukup memiliki prospek yang bagus karena permintaan bibit juga cukup besar. Budidaya ikan patin sebagai persediaan bibit ini memerlukan waktu yang relatif pendek sehingga perputaran modal bisa dipercepat. Budidaya ikan patin dalam kategori pembesaran biasanya dilakukan saat bibit ikan patin memiliki berat 8-12 gram/ekor, dan setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700 gram/ekor. Sebagian petani ikan patin memanen setelah usia 3 sampai 4 bulan karena permintaan pasar ikan patin dengan bobot yang lebih rendah per ekornya. Budi Daya Ikan patin sebagai bibit dan ikan konsumsi memiliki peluang usaha yang sama-sama menguntungkan, tergantung pilihan kita mana yang lebih memungkinkan.

Persyaratan Budidaya Ikan Patin
            Budidaya ikan Patin memerlukan beberapa persyaratan dan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya antara lain sebagai berikut :
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan dan budi daya ikan patin adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
5. Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
6. PH air berkisar antara: 6,5–7.


Teknik Budidaya Ikan Patin
A.       Pembibitan Ikan Patin

            Pembibitan Ikan Patin merupakan upaya untuk mendapatkan bibit dengan kualitas yang baik dan jumlah yang mencukupi permintaan. Cara Tradisional bibit ikan Patin diperoleh dengan menangkap dari habitat aslinya yaitu sungai, rawa, danau dan tempat-tempat lain. Untuk tujuan komersial bibit harus diupayakan semaksimal mungkin dengan pembibitan di kolam. Persiapan dan langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Memilih calon induk siap pijah.
            Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus terlebih dahulu dengan pemeliharaan yang intensif. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang mengandung protein tinggi. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.
Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
sebagai berikut :

a. Induk betina
  • Umur tiga tahun.
  • Ukuran 1,5–2 kg.
  • Perut membesar ke arah anus.
  • Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
  • Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
  • Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
  • kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam.
b. Induk jantan
  • Umur dua tahun.
  • Ukuran 1,5–2 kg.
  • Kulit perut lembek dan tipis.
  • Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
  • Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,Biasanya ikan mas.
            Hormon perangsang dibuat dengan menggunakan kelenjar hipofise ikan mas, kelenjar hipofise dapat ditemukan pada bagian otak ikan mas, berwarna putih dan cukup kecil. Ambil dengan hati-hati dengan pinset. Setelah diambil dimasukkan ke dalam tabung kecil dan ditumbuk sampai benar-benar halus dan lebut, selanjutnya dicampur dengan air murni (aquades) yang dapat dibeli di apotik.
3. Kawin suntik (induce breeding).
            Setelah kelenjar hipofise dicampur dengan air murni sudah siap, ambil dengan jarum suntik dan disuntikkan pada punggung Ikan patin. Ikan patin siap dipijahkan. Metode kawin suntik diterapkan untuk merangsang induk patin betina mengeluarkan telur untuk selanjutnya dibuahi oleh Patin Jantan.
4. Penetasan telur.
            Telur yang sudah dibuahi akan menetas dalam waktu sekitar 4 hari, selama menunggu telur menetas perlu dipantau kondisi air. Ganti air sebagian dengan air bersih dari sumur.




5. Perawatan larva.

            Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium atau bak berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm, bisa dalam ukuran yang lain. Setiap akuarium atau bak diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk menghemat dana. Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur. Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk.
6. Pendederan.
            Benih Ikan patin dibesarkan pada kolam tebar atau bak dari semen, lebih bagus pada kolam lumpur karena mengandung banyak plankton dan fitoplankton sebagai pakan alami.
7. Pemanenan.
            Benih ikan patin bisa dipanen sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
B. Pemeliharaan Pembesaran
            Pemeliharaan Pembesaran ditujukan untuk pemenuhan Ikan Patin konsumsi. Ikan Patin dikonsumsi dalam berbagai ukuran, antara lain 200 gram sampai 1 kg. Masa panen menyesuaikan dengan permintaan pasar. Ada sebagian yang lebih senang ukuran kecil sekitar 200 gram ada yang lebih dari itu. Pada Usia 6 bulan ikan patin sudah mencapai bobot 600-700 gram.
            Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan aliran air yang mengalir cukup baik, meski demikian bisa juga dipeihara pada kolam semen yang tidak mengalir, tetapi perlu diperhatikan kualitas air agar tetap dalam konsisi yang baik. Langkah-langkah pemeliharaan Ikan Patin Sebagai Berikut:
1. Pemupukan


            Pada kolam lumpur idealnya perlu dilakukan pemupukan sebelum ikan patin ditebarkan. Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan makanan alami dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya.Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50–700 gram/m 2.
2. Pemberian Pakan
            Faktor yang cukup menentukan dalam budi daya ikan patin adalah faktor pemberia makanan. Faktor makanan yang berpengaruh terhadap keberhasilan budi daya ikan patin adalah dari aspek  kandungan gizinya, jumlah dan frekuensi pemberin makanan. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel). Pakan yang diberikan adalah Pelet dan bisa ditambahkan makanan alami lainnya seperti kerang, keong emas,bekicot, ikan sisa, sisa dapur dan lain-lain. Makanan alami yang diperoleh dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga menghemat biaya pemeliharaan.
3. Penanganan Hama Dan Penyakit
            Salah satu kendala dan masalah Budi daya ikan patin adalah hama dan penyakit.  Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung dan kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Cegah akses masuk hama tersebut ke kolam atau dengan memasang lampu penerangan si sekitar kolam. Hama tersebut biasanya enggan masuk jika ada sinar lampu. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
4. Pemanenan Ikan Patin
            Pemanenan adalah saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin. Meski terlihat sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat saat dipanen. Sayang jika budi daya ikan patin sudah berhasil dengan baik, harus gagal hanya karena cara panen yang salah. Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari. Pemasaran Ikan Patin dalam bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, karena itu diusahakann menjual dalam bentuk ini. Harga Ikan Patin Per kilogram kurang lebih Rp 15.000. ( Galeriukm ).
PERMINTAAN
http://www.bi.go.id/sipuk/images/ikan_patin.gif
            Secara nasional tidak diperoleh data mengenai besarnya permintaan konsumsi ikan patin. Namun, dari pengembangan budidaya ikan patin yang semakin meluas diduga bahwa permintaan ikan patin cenderung meningkat meskipun masih bersifat lokal dan belum merata di seluruh Indonesia. Permintaan ikan patin meningkat khususnya pada bulan-bulan tertentu yaitu pada hari raya keagamaan (Idul Fitri, Natal, dll). Hal lain yang menyebabkan permintaan ikan patin meningkat adalah karena ikan patin tergolong menu khusus atau istimewa menurut adat dan atau budaya lokal.
            Besarnya permintaan pasar, ditandai dengan penjualan ikan patin oleh pedagang pengumpul/agen di Lahat, Prabumulih, Pagar Alam, Muara Enim, Palembang dan ke provinsi lain seperti Lampung, Bengkulu dan Jambi. Penjualan ikan patin ke luar  rata-rata 40 ton per bulan. Di kabupaten OKI ada 5 pedagang pengumpul/agen, sehingga perdagangan ikan patin mencapai 200 ton setiap bulan atau 2.400 ton (77%) dari produksi budidaya ikan patin dalam setahun.


PENAWARAN
            Produksi ikan patin semula hanya ikan patin lokal tangkapan yang berasal dari perairan umum di beberapa provinsi di Sumatera dan Kalimantan. Namun, saat ini produksi ikan patin sebagian besar adalah hasil budidaya, terutama sejak diperkenalkannya ikan patin jenis siam dari Thailand. Wilayah produksi budidaya ikan patin terdapat pada daerah tertentu, seperti di Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Riau Kalimantan Selatan dan Jawa. Dari segi sumber daya yang tersedia, wilayah tersebut cukup potensial untuk pengembangan budidaya ikan patin. Tidak diperoleh informasi mengenai produksi ikan patin dari budidaya dan perairan umum di Indonesia, namun dari hasil wawancara dengan peneliti di beberapa Balai Riset Perikanan Air tawar diperoleh kesan bahwa produksi ikan patin di Indonesia masih tergolong sedikit.
            Di kabupaten OKI, pada tahun 2002 produksi ikan patin lokal tangkapan mencapai 1.301 ton, sementara produksi ikan patin budidaya mencapai 3.127 ton yang dihasilkan oleh 9.652 Rumah Tangga Perikanan (RTP) sistem karamba dan 184 RTP sistem fence. Dengan demikian produksi ikan patin hasil budidaya mencapai 71% dari total produksi. Jika dibandingkan dengan perdagangan ikan patin hasil budidaya seperti tersebut diatas (2.400 ton per tahun), berarti 77% dari produksi di pasarkan ke luar kabupaten OKI. Kenyataan ini juga sesuai dengan keterangan para pedagang ikan yang menyebutkan bahwa 80% ikan patin di pasarkan ke luar kabupaten dan hanya 20% dikonsumsi lokal.
ANALISA PERSAINGAN DAN PELUANG PASAR
            Tingkat persaingan pembudidaya ikan patin di kabupaten OKI relatif rendah, dengan demikian peluang pasar masih terbuka untuk pembudidaya baru. Diperoleh keterangan dari Dinas Perikanan dan Kelautan provinsi Sumsel bahwa terdapat permintaan ikan patin sebanyak 1,5 ton per hari untuk industri pengolahan ikan patin menjadi baso, burger dan sosis ikan di Palembang. Permintaan tersebut belum dapat dipenuhi karena adanya beberapa kendala antara lain: daging ikan patin siam kurang sesuai untuk diolah menjadi produk olahan, fasilitas pendukung seperti sarana transportasi dan lokasi pabrik belum tersedia, dan masalah perijinan.
            Peluang pasar untuk ekspor masih terbuka luas, karena konsumen di beberapa negara Eropa, Amerika Serikat dan beberapa negara di Asia saat ini telah mengimpor ikan patin dalam bentuk fillet dari Vietnam. Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam pengembangan budidaya ikan patin, terutama dengan telah diperkenalkannya ikan patin lokal (Pangasius djambal Bleeker) kepada masyarakat mulai tahun 2000 dan teknologi pembenihannya sudah tersedia di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di Sukamandi (Jawa Barat) dan Loka Budidaya Ikan Air Tawar di Jambi. Ikan patin djambal berpeluang ekspor, mengingat ikan patin djambal memiliki keunggulan ekonomis sebagai ikan budidaya, yaitu: bobotnya bisa mencapai 20 kg, dan dagingnya berwarna putih yang hampir sama dengan Pangasius bocourti yang merupakan komoditas ekspor dari Vietnam. Disamping itu produksi ikan patin jenis ini dapat memenuhi permintaan industri pengolahan dalam negeri. Selain sebagai ikan konsumsi rumah tangga dan industri pengolahan dalam negeri dan ekspor, ikan patin yang berukuran kecil (benih) juga berpeluang untuk dikembangkan sebagai ikan hias .
HARGA
            Perkembangan harga ikan patin boleh dikatakan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun karena pengaruh inflasi. Di kabupaten OKI, harga ikan patin berfluktuasi karena pengaruh inflasi dan adanya panen ikan sistem lebak lebung di musim kemarau serta meningkatnya permintaan pada hari raya keagamaan. Pada musim kemarau (Juli – September) harga ikan patin di tingkat pembudidaya (produsen) turun sampai Rp.7.000 per kg dan pada hari raya keagamaan meningkat sampai Rp.9.000 per kg atau rata-rata adalah Rp.8.500 per kg. Sedangkan harga jual pedagang pengumpul rata-rata Rp 8.200 s.d. Rp 9.200 per kilo (harga yang berlaku pada April 2003).
            Perkembangan teknologi informasi pada saat ini membantu pembudidaya dalam menentukan harga jual ikan. Pembudidaya memiliki posisi tawar atau bargaining position dalam menentukan harga jual ikan karena sebelumnya mereka telah mengumpulkan informasi harga dari pasar-pasar lokal atau sesama pembudidaya. Baik pembudidaya maupun pedagang menyatakan bahwa harga ikan di tingkat produsen ditetapkan secara tawar menawar.
JALUR PEMASARAN PRODUK
            Rantai tataniaga ikan patin sangat ringkas dan efisien, sehingga harga yang diterima pembudidaya sekitar 80 – 90% dari harga yang dibayar konsumen. Pemasaran produk oleh pembudidaya dilakukan secara langsung kepada pedagang pengumpul/agen tanpa melalui pedagang perantara. Pedagang pengumpul juga merupakan pedagang benih ikan, pakan dan peralatan perikanan. Untuk menjamin stok ikan, pedagang pengumpul memiliki kolam penampungan sementara.
            Pedagang pengumpul menjual ikan langsung baik kepada pengecer di pasar lokal maupun pedagang pengumpul/agen . Pedagang pengecer di pasar-pasar selanjutnya menjual kepada konsumen rumah tangga dan rumah makan/warung. Rantai pemasaran ikan patin dapat digambarkan sebagai berikut :
http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/ikan_patin/images/bagan_pemasaran.gif
            Dalam proses penjualan ikan, pedagang menyediakan tempat penampungan ikan (kapasitas rata-rata 7 ton ikan), peralatan panen dan tenaga kerja sedangkan pembudidaya hanya membantu. Ongkos panen dan biaya transportasi ditanggung sepenuhnya oleh pedagang. Menurut pedagang, panen dilakukan sendiri untuk memastikan agar ikan yang dipanen dalam kondisi baik, tidak luka, tidak stres dan tidak kekurangan oksigen. Dengan penanganan yang baik diharapkan tidak ada ikan yang mati selama pengangkutan karena ikan yang mati dapat menurunkan harga jual sampai dengan 12,5%.
            Pembayaran kepada produsen menggunakan sistem bayar kemudian dalam tempo satu sampai dua minggu setelah panen. Ikan patin dijual dalam keadaan hidup dan pedagang pengumpul mengantarkannya kepada pemesan/pelanggan/agen pengumpul di luar kabupaten
KENDALA PEMASARAN
            Di tingkat pembudidaya tidak dijumpai kendala pemasaran, namun di tingkat pedagang kendala pemasaran adalah kerusakan pada kondisi jalan yang menghubungkan kabupaten OKI dengan kabupaten atau provinsi lain. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas ikan yang dijual sehingga harga jual ikan jatuh. Kendala lain adalah adanya persaingan harga dari pemasok yang berasal dari wilayah lain. Pedagang dari Jakarta mampu memasukkan ikan patin dengan harga yang lebih rendah dibanding harga ikan yang ditawarkan oleh pedagang